Search

20/10/10

Hadiah Manis Dalam Satu tahun Pemrintahan Sby-Budiono

           Satu tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, dirayakan para demonstran dengan turun ke jalan. Mereka baik yang berasal dari elemen mahasiswa, elemen buruh, maupun dari LSM buruh dan pro demokrasi. Sejak pukul 9, mereka berbondong-bondong datang ke depan Istana. Demo awalnya berlangsung tenang, sampai kemudian mahasiswa dan demonstran lainnya menumpuk tepat di depan Istana yang dijaga ketat polisi, dengan kawat berduri sebagai penghalang. Keberadaan kawat, membuat para demonstran agak kesal, karena tak bisa lebih mendekat ke Istana. Mendekati siang, dalam cuaca yang makin panas, massa demonstranpun makin banyak, hingga polisi sampai harus menembakkan water cannon, karena massa makin agresif berusaha menembus barikade. Unjuk rasa tak hanya di depan Istana presiden. Di Jalan Diponegoro, massa mahasiswa Universitas Bung Karno menggelar aksi unjuk rasa, mengecam pemerintahan SBY-Budiono, dengan cara berorasi di jalan, bahkan menutup sebagian Jalan Proklamasi, hingga membuat petugas berang. Tak jauh dari sana, massa kelompok Bendera juga menggelar aksi di Jalan Diponegoro, di depan bekas kantor PDI yang menjadi markas mereka. Ulah mereka menutup jalan, juga membuat polisi berang.
          Satu tahun sudah terlewati masa pemerintahan Sby-Budiono dalam masa pemerintahanya masih juga terdapat kritikan yang sangat pedas hampir dari pelosok Negeri ini, dari masih kurang kepuasannya masyarakat saat ini menujukkan bahwa sistem yang diterapkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih belum maksimal. Namum jika dilihat lebih kebelakang lagi pada saat masa pemilihan umum kemarin yang menjadi sorotan saat itu adalah Sby (Susilo Bambang Yudhoyono) mendapatkan suara terbanyak dari semua calon yang ikut serta dalam pemilihan umum saat itu, lalu yang jadi pertanyaan saat ini apakah hasil suara dari pemilihan umum saat itu bisa dipercaya hasilnya, kalau memang bs tapi kenapa pilihannya sendiri sekarang harus diterpa dengan segala macam kritikan atau hanya dalam memilih budaya masyarakat kita ini masih asal-asalan saja tidak memperhatikan apa pilihanya itu benar-benar tepat atau tidak. tapi jika tidak maka dimana janji dan tangung jawab yang dolo diberikan kepada masyarakat sehingga hingga saat ini masih saja mengalami ketidak puasan seperti ini.
         Jika dilihat dalam masa pemerintahanya saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono waktu satu tahun ini tidak hanya bisa dilihat pada satu satun ini saja namun dari lima tahun kebelakang Sby sudah menangani berbagai masalah yang seharusnya bisa menjadi pelajaran untuk tahun-tahun berikutnya, mungkinkah masalah dolo sampai sekarang masih belum juga bisa diatasi secara maksimal sehingga banyak masyarakat kurang puas dengan proses kerja Sby saat. terlihat dari kasus-kasus teroris hingga korupsi sampai saat ini masih menjadi topik hangat dalam kritikan kepadanya. hal ini seharusnya menjadi pelajaran tersendiri bagi Sby dalam menangani masalah-masalah dimasyarakat untuk lebih peka lagi terhadapat masyarakatnya saat ini. karena tidak semua bisa menerima sebuah sistem yang sama tapi setiap sistem itu pasti ada keterikatanya sehingga walaupun berbeda tapi pasti ada cara untuk menyambungkan setiap sistem tersebut.

18/10/10

Kemanakah arah pers kita.......??

          Pada awal mulanya perkembangan pers di Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan, masih terlihat jelas pers pada masa itu mengalami beberapa batasan sehingga tidak dapat bergerak bebas dalam melakukan berbagai macam kegiatannya. sehingga hanya orang yang benar-benar mencintai dunia pers mau memasukinya untuk ikut serta dalam memperjuangkan bangsa ini lewat jalur yang berbeda. karena sejarah awal lahirnya pers di Indonesia banyak muncul dari perjuangan  para pejuang kita untuk mendapatkan kemerdekaan bangsa ini dari masa penjajahan bangsa lain dengan memberikan informasi yang penting bagi seluruh masyarakat mengenai perjalanan para pejuang kita dalam memperjuangkan bangsa ini. hal ini membuat pers muncul sebagai idealisme yang menghobarkan semangat perjuangan rakyat pada masa itu. terlihat sekali pada saat itu pers tidak memikirkan untuk mencari keuntungan dalam proses produksinya hanya semata-mata memberikan informasi yang benar-benar bermanfaat untuk rakyat dan semuanya dikembalikan lagi kerakyat dalam menyikapi segala informasi yang diberikan. sehingga pada masa itu masyarakat benar-benar mendapatkan haknya dalam memperoleh informasi yang diinginkan. bukan informasi berita yang asal mencari sensasi semata-mata untuk mendapatkan keuntungan saja.
          Terlihat jelas pada masa penjajahan peran pers sangat dipercaya oleh seluruh masyarakat dikarenakan berita yang mereka dapatkan benar-benar sesuai dengan fakta yang  ada dan tidak diragukan lagi kebenarannya. hal ini terlihat saat pertama kali pers muncul milik bangsa Indonesia namanya Medan Prijaji terbit di Bandung. surat kabar ini diterbitkan dengan modal dari bangsa Indonesia untuk Indonesia sendiri. Medan Prijaji yang dimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisuryo alias Raden Mas Djikomono ini pada awal tahun 1907 terbit mingguan hingga pada tahun 1910 baru bisa terbit setiap hari. Tirto Hadisuryo inilah yang diangap sebagai pelopor yang meletakkan dasar-dasar jurnalistik modern di Indonesia, baik dalam cara pemberitaan maupun dalam cara pembuatan karangan dan ikatan 4. Namun disitu juga terdapat keidealisan yang sangat kental dengan informasi yang diberikan untuk kalangan para penjajah saja, namun para masyrakat pribumi tidak mendapatkan inforamasi apa-apa untuk kepentingan mereka. hal ini dikarenakan faktor sosial yang mendominasi pada saat itu adalah kaum penjajah sehingga Tito Hadisurjo membuat keputusan untuk mentargetkan dikalangan ini disamping itu dengan demikian proses produksinya dapat terus dijalankan mengingat dari kalangan penjajah pada waktu itu banyak yang menyukainya.
          Baru pada tanggal 1955 muncul sebuah koran bernama bromartani yaitu koran kali yang mengunakan bahasa daerah yang mengunakan bahasa kromo inggil dan dengan isiyang sangat berbeda dengan koran-koran lainnya yang pada masa itu lebih berdominan kekomersil. Bromartanilebih bergendre idealis yang isinya lebih tertuju pada isu-isu pendidikan pada masa itu. Dari perkembangan pers pada masa perjuangan kemerdekaan ini hampir semua pers menonjolkan pada pers idealis walapun masih  ada sedikit yang terdapat unsure komersialnya. sejarah awal mula pers di Indonesia memang didasari oleh keidealisme yang sangat tinggi karena tujuan utama pers pada masa itu memang sebagai alat untuk memyemangatkan kemerdekaan. Namun setelah runtuhnya pemerintahan orde baru ketika reformasi tahun 1998 digukirkan di Indonesia, pers nasional mulai bangkit dari keterpurukannya dan kebebasan pers dibuka untuk umum yang ditandai dengan belakunya UU no.40 tahun 1999,  pada saat itu pers mulai meramaikan Negeri ini seperti memiliki nafas baru banyak bermunculan media massa yang baru di dalam nengri ini karena seperti tidak ada batasannya sehingga pers tumbuh sangat cepat pada masa ini, hal ini yang mengakibatkan perubahan yang sangat signifikan pada  pers dimasa ini dari kebutuhan informasi yang ditawarkan pun semakin banyak macamnya, sehingga kalangan peminat pun semakin meluas kalangannya, dari kalangan atas sampai kalangan paling bawah dimasyarakat membutuhkan. Perubahan ini ungkin bisa didasari oleh kepentingan ekonomi dan politik yang semakin menjadi satu, ideologi politik mulai muncul dan mengubah sistem yang telah ada. Perubahan ini bisa dikatakan trauma dari pengalaman pers yang masa lalu tidak bisa bertahan lama, dikarenakan pers pada masa lalu kental dengan kepentingan idealisme yang tinggi sehingga pers pada masa itu terlunta-lunta dengan masalah keuangan membuatnya jatuh bangun untuk bisa bertahan.sering kali memang pers yang berdiri pada masa kemerdekaan itu mengalami failed keuangan yang mendalam bahkan untuk membeli kertas pun ada yang meminjam dana dan ada pula yang mengandalkan bantuan dari orang lain (tokoh-tokoh pada masa perjuangan kemerdekaan), karena pada masa itu solidaritas masyarakat pada pers sangat tinggi, pers berperan aktif dalam masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia pada saat itu, sehingga masyarakat pun sangat percaya dengan kegiatan pers pada saat itu.
          Berbeda sekali dengan masa modern saat ini pers yang ada membuat semua orang memanfaatkan dalam segi mencari keuntungan, pers idealis pada masa ini bisa dikatakan hampir sudah tidak bisa ditemukan lagi. semua media masa untuk mempertahankan agar tetap bisa bertahan mereka harus mementikan masalah keuangannya dari pada harus memikirkan keidealisme. bahkan disetiap surat kabar saat ini dalam proses layoutnya pun lebih mendahulukan iklannya terlebih dahulu dibandingkan memasukkan isi beritanya yang secara lengkap. dikarenakan biaya untuk proses jurnalis sekarang semakin mahal dan memanejemen penempatan berita dalam selembar kertas pun dibatasi. pemikiran seperti inilah yang membuat pers saat ini tidak lagi dipercaya oleh masyarakat, hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang seutuhnya menjadi terbatasi oleh biaya. kebenaran dan keterpihakan yang harusnya dilakukan oleh setiap pers itu mulai terkikis waktu jika hal ini tetap diteruskan, kode etik dalam jurnalis harus tetap diingat selalu agar tidak melenceng kearah yang lebih jauh lagi.